Baru saja aku merasa bahagia, merasa kamu benar-benar ada,
dan merasa kamu membutuhkanku.
Baru saja kerinduanku terobati dengan hadirnya kamu disini, dengan keusilanmu
yang selalu bisa membuat kemarahanku mereda. Bahagia yang aku fikir begitu
sederhana dan mudah, ternyata tak aku sadari kebahagian itu juga mudah
menghilang.
Anggap aku ini wanita labil, wanita yang mudah berubah
moodnya, wanita yang terkadang suka marah-marah tanpa alasan yang jelas, wanita
yang sering menjengkelkanmu, wanita yang begitu mudah kamu bodohi. Tapi
sadarkah kamu, wanita ini juga adalah wanita yang rela menahan setiap sakitnya,
wanita ini adalah wanita yang rela menjadi tempat sampah, wanita ini yang
sering kali menerima setiap pulang dan pergimu, wanita yang rela menjadi pendengarmu
saat kamu muak dengan duniamu. Wanita ini yang rela menjadi pelampiasaan
kekesalan, kekecewaan, keluh kesahmu, dan wanita inilah yang pertama kali
begitu bahagia melihat kamu bisa mencapai apa yang kamu inginkan.
Dengan memintamu untuk terus tinggal disini, mungkin itu
adalah permintaan yang tak mudah, tapi hal itu tak akan aku minta, karena aku
tau kamu tak akan bisa memberikannya. Aku selalu kalah dengan alasan, dan
kesibukanmu dengan semua pekerjaanmu yang sekarang menjadi ketua IPMIST di kotaku,
aku selalu berusaha tersenyum saat kamu beranjak pergi dari hadapanku, sebisa
mungkin aku merasa semua baik-baik saja. Segala bentuk alasanmu, aku mencoba
mempercayai semuanya, walaupun aku tak pernah tahu apa yang sedang kamu lakukan
diluar sana. Aku terlalu berfikir negative tentang kamu, karena orang yang dulu
begitu aku percaya telah menunjukan bahwa dia tak bisa untuk dipercaya lagi.
Tapi, semua pikiranku itu kamu tepis dengan kata-kata yang hebat, yang
terkadang bisa membuat aku tak sadar bahwa kamu telah mengulang kebohongan
lagi.
Aku selalu berusaha meminta jawaban Tuhan atas kamu, Tuhan
telah menunjukan jawabannya, tapi akupun tak mengerti kenapa Tuhan belum juga
menyelamatkan aku dari rasa sakitku.
Entah harus berapa lama lagi aku harus menahan segalanya, berapa lama lagi aku
mampu bertahan mendampingimu yang terkadang tak menganggap aku ada.
Tak ada seorang wanita yang sedih melihat orang yang dicintainya bisa sukses,
bisa mencapai segalanya. Semua wanita akan bahagia dan bangga, begitu juga denganku.
Tapi, seorang wanita bersedih, merasa tak dibutuhkan ketika pasangannya sibuk
dengan pekerjaannya, mengacuhkannya, mencari wanita lain. Dan hal itu yang
sedang aku rasakan.
Aku menganggap, aku adalah pasanganmu walaupun kenyataanya aku bukan pasanganmu
tapi hanya persinggahanmu. Aku menganggap kamu pasanganku meskipun tanpa kejelasan dan status, karena kamulah
satu-satunya pria yang aku perjuangkan begitu dalam dan sejauh ini
Kamu selalu membisikan masa depan yang akan berakhir
bahagia, kamu menciptakan mimpi dan harapan yang indah dan begitu apiknya
kepadaku. Hingga aku sadar, bahwa
bisikan itu tak hanya kamu bisikan di telingaku, bahwa mimpi dan harapan itu
tak hanya kamu ciptakan denganku. Bahwa ada wanita yang lebih dulu kamu berikan
semua itu, dan bahkan ada wanita setelahku yang kamu ajak untuk menua
bersamamu. Tapi, apakah wanita-wanitamu itu mencintaimu sedalam aku? Apakah
mereka menerima setiap keluh kesahmu? Dan apakah mereka tahu ada aku yang
selalu menunggu kepulanganmu, mendoakanmu setiap hari ditengah malam lalu
diam-diam menangis saat menyebutkan namamu didalam pembicaraannya dengan Tuhan.
Katakan juga didepanku, siapa sebenarnya wanita yang kamu inginkan? Jika bukan
aku, lalu kenapa setiap aku memutuskan untuk pergi dari hidupmu, kamu selalu
mendekapku, memeluk erat tubuhku, meraih tanganku, dan berkata jangan pergi
tinggalkan kamu? Kenapa kamu membuat semuanya begitu rumit untuk aku cerna,
begitu membingungkan untuk aku pahami.
Katakan padaku, berapa banyak wanita yang kamu inginkan untuk menemani masa
tuamu? Katakan padaku kesabaran wanita yang seperti apa lagi kamu cari? Setidaknya jika memang bukan aku, setialah
terhadap kekasih sungguhnya dan biarkan aku pergi menjauh, mencari
kebahagiaanku sendiri.
Sekarang, yang bisa aku lakukan adalah terus mendoakanmu,
agar kamu mencapai semua inginmu, kamu menyadari bahwa ada aku disini. Lalu
menunggu Tuhan mengulurkan tanganNYA agar aku bisa merasakan bahagia yang
sesungguhnya.
Yang kamu anggap adik, yang kamu anggap teman,
dan yang tak pernah berhenti mendoakanmu.